Kota Banyuwangi terletak di ujung timur Pulau Jawa yang berbatasan dengan Pulau Bali. Kota ini memiliki sejarah yang unik tentang batik. Tak banyak masyarakat yang mengetahui bahwa Banyuwangi merupakan salah satu daerah asal batik di Nusantara. Sejarah Batik Banyuwangi berawal ketika terjadi penaklukan Blambangan oleh Mataram yang pada saat itu dalam masa pemerintahan Sultan Agung pada tahun 1633. Daerah-daerah yang menjadi wilayah penaklukkan adalah Blambangan, Panarukan, dan Blitar. Pada masa kekuasaan Mataram di Blambangan ini, banyak anak muda Blambangan yang dibawa ke pusat Pemerintahan Mataram Islam di Plered, Kotagede, disana mereka belajar membatik. Seiring dengan perkembangan jaman terjadi kepentingan politik yang mutualisme, yang akhirnya menetapkan membatik sebagai identitas penguasaan atau simbol penaklukan terhadap budaya yang dilingkupinya.
Batik Banyuwangi merupakan sebuah perwujudan nilai estetika ragam hias khas Banyuwangi. Motif-motif Batik Banyuwangi tidak hanya sebuah perwujudan estetika dari ragam hias namun juga memiliki nilai–nilai yang dianut oleh masyarakat Banyuwangi. Semua nama motif dari batik asli Bumi Blambangan ini ternyata banyak dipengaruhi oleh kondisi alam.
Banyak motif khas dari batik khas Bumi Blambangan. Sampai saat ini, sekitar 21 jenis motif batik asli Banyuwangi yang telah diakui secara nasional. Beberapa motif Batik Banyuwangi yaitu Gajah Oling, Kangkung Setingkes, Alas Kobong, Paras Gempal, Kopi Pecah, Sembruk Cacing, Gedegan, Ukel, Blarak Semplah, Moto Pitik, dan lain sebagainya.
Batik Banyuwangi Motif Kangkung Setingkes
Sumber: www.banyuwangikab.go.id
Batik Banyuwangi Motif Moto Pitik
Sumber: www.animetekno.com
Batik Banyuwangi Motif Paras Gempal
Sumber: www.banyuwangikab.go.id
Batik Banyuwangi Motif Ukel
Sumber: www.animetekno.com
Batik motif Gajah Oling atau Gajah Uling, motifnya berupa hewan seperti belut yang ukurannya cukup besar. Motif Gajah Oling yang diyakini sebagai motif asli dari Batik Banyuwangi melambangkan sesuatu kekuatan yang tumbuh dari dalam jati diri masyarakat Banyuwangi. Pemaknaan motif Gajah Oling berkaitan dengan karakter masyarakat Banyuwangi yang bersifat religius dengan penyebutan “Gajah Eling” yang memilki pengertian yaitu gajah yang merupakan hewan bertubuh besar, berarti maha besar, sedangkan uling berarti eling (ingat), secara utuh dapat diartikan bahwa Batik Gajah Oling mengajak untuk selalu ingat kepada kemahabesaran Sang Pencipta adalah dasar dari dari perjalanan hidup masyarakat Banyuwangi. Ada juga yang menyebutkan gajah uling berbentuk melengkung layaknya belalai gajah. Ciri batik ini berbentuk seperti tanda tanya, yang secara filosofis merupakan bentuk belalai gajah dan sekaligus bentuk uling. Di samping unsur utama itu, karakter batik tersebut juga dikelilingi sejumlah atribut lain. Di antaranya, kupu-kupu, suluran (semacam tumbuhan laut), dan manggar (bunga pinang atau bunga kelapa). Saat ini motif Gajah Uling dikembangkan konsepnya dengan sedemikian rupa mengikuti selera pasar.
Batik Banyuwangi Motif Gajah Oling
Sumber: www.animetekno.com
Motif Sembruk Cacing juga motifnya seperti cacing dan motif Gedegan juga kayak gedeg (anyaman bambu). Motif-motif batik yang ada ini merupakan cerminan kekayaan alam yang ada di Banyuwangi. Motif batik seperti di Banyuwangi ini tidak akan ditemui di daerah lain dan merupakan khas Banyuwangi.
Batik Banyuwangi Motif Sembruk Cacing
Sumber: www.banyuwangikab.go.id
Batik Banyuwangi Motif Gedegan
Sumber: www.animetekno.com
Kota Banyuwangi memiliki beberapa sentra pembatikan, yaitu Sayu Wiwit, Tirta Wangi, Sritanjung, dan Srikandi yang terletak di kecamatan Banyuwangi, Virdes Batik di Kecamatan Cluring. Masing – masing sentra pembatikan memiliki cirri khas, yang mencolok adalah Sanggar batik Sayuwiwit dan Virdes. Sayuwiwit tetap mempertahankan motif batik Banyuwangi secara konvensional, berdasarkan pakem lama hanya memainkan warana dan memadukan corak, sedangkan Virdes mengembangkan Batik Banyuwangi, memadukan pakem dan permintaan konsumen.
Upaya pelestarian batik di Banyuwangi dilakukan oleh Pemkab setempat, mulai 2009 setiap hari Kamis, Jumat dan Sabtu semua pegawai Pemerintahan Daerah dan Pegawai Negeri Sipil di Banyuwangi wajib memakai seragam batik dengan motif Gajah Oling. Upaya lain yang dilakukan yaitu pemakaian busana kesenian khas Banyuwangi yaitu tari Gandrung dan upacara adat Seblang, serta untuk busana khas daerah Banyuwangi yaitu Jebeng dan Thulik (Pada Thulik motif batik Gajah Oling dipakai pada udeng tongkosan dan sembong sedang pada Jebeng motif batik Gajah Oling dipakai untuk kain panjang). Motif batik ini juga digunakan untuk seragam batik sekolah mulai dari tingkat TK sampai pada tingkat SMA. Pengeksplorasian terhadap motif-motif baru juga dilakukan untuk menambah keanekaragaman motif Batik Banyuwangi. Upaya pengenalan Batik Banyuwangi selain melalui pameran dan rangkaian pelatihan juga dilakukan upaya pengenalan lebih jauh melalui buku.
Dengan karakter yang berbeda batik banyuwangi menampilkan motif yang unik dan menarik. Penciptaan motif batik Banyuwangi merupakan bentuk karya seni yang cukup tinggi. Semua motif itu diambilkan dari kekayaan alam Banyuwangi yang beraneka ragam. Jadi motif batik ini warisan nenek moyang itu bernilai seni yang harus dipertahankan.
Semoga bermanfaat.
Sumber: Fitinline
No comments:
Post a Comment