Nyangku, Panjalu, Ciamis, Jawa Barat
Ciamis, BEDAnews - Tradisi “nyangku” di Panjalu Ciamis Jawa Barat, adalah ritual memandikan benda pusaka peninggalan raja-raja Kerajaan Panjalu yang digelar tiap tahun berbarengan dengan peringatan maulid Nabi Muhmmad Saw.
Nyangku sendiri berasal dari bahasa Arab “Yangko” yang artinya membersihkan. Namun karena kesalahan pengucapan orang sunda, maka Nyangko menjadi Nyangku, ungkap Camat Panjalu, H. Erwin Hermawan, kepada BEDAnews.com saat pelaksanaan Ritual Nyangku, Senin (27/1/2014) di Alun-alun Panjalu Ciamis yang dihadiri ribuan masyarakat Panjalu dan pelancong, Keturunan raja Panjalu, Pangeran dari beberapa kerajaaan nusantara dan ketua adat dari Kesultanan Cirebon, Pangeran Sumedang.
Diungkapkan Erwin, tujuan digelarnya upacara sacral tersebut sebagai tradisi atau adat dalam merawat benda pusaka, dan pada hakikatnya adalah membersihkan dari hal-hal yang dilarang agama, serta untuk mempererat persaudaraan atau silaturahmi khususnya keturunan kerajaaan Panjalu, disamping untuk melestarikan budaya sebagai daya tarik wisata di Ciamis.
Keturunan Raja Panjalu Pangeran Borosngora, Rd. Edi Hermawan Cakradinata, yang juga pengurus yayasan Borosngora sekaligus ketua pelaksana, dalam sambutan menjelang dimandikannya Pusaka Kerajaan Panjalu mengatakan, tradisi tersebut untuk mengenang Prabu Boros Ngora, bukanlah acara penyembahan terhadap benda-benda pusaka, dimana ahli waris dapat menerima dan menjalankan papagon leluhur, dengan penyelenggaraan adat ini diharapkan jadi suntikan semangat juang.
“Adalah media siar Islam bukan semata bentuk penghormatan saja tetapi membangun moment warga Panjalu, berpegang teguh ajaran Islam, jujur, berusaha menjadi baik, budaya kearifan local yang terbuka kepada siapapun secara tegas, kearifan yang diperoleh secara turun temurun dari Perabu Borosngora yang berentuk falsafah yang di aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari,” kata Edi.
Tidak jauh berbeda dengan pelaksanan Nyangku pada tahun-tahun sebelumnya, ritual Nyangku tahun ini juga dimulai dengan prosesi membawa berbagai jenis benda pusaka yang disimpan di museum Bumi Alit. Satu persatu dipangku oleh jajaran pembawa benda pusaka dengan berjalan kaki ke sisi Situ Lengkong.
Selanjutnya benda-benda pusaka tersebut dibawa menyeberangi Situ Lengkong untuk sampai ke makam Pangeran Borosngora yang terletak di pulau Nusa Gede. Setelah itu berbagai jenis benda pusaka peninggalan Pangeran Borosngora tersebut dibawa kembali melintas Situ Lengkong dan dibawa ke Taman Borosngora.
Di atas panggung khusus, salah satu benda pusaka yang dimandikan adalah pedang tua yang diyakini sebagai pedang peninggalan Syaidina Ali yang dihadiahkan kepada Pangeran Borosngora. Berbagai jenis benda pusaka tersebut dimandikan dengan air khusus (tirta kahuripan) yang didatangkan dari sembilan mata air. Seperti mata air Cipanjalu, Ciomas, Gunung Syawal Biasanya air bekas pencucian benda pusaka pada tradisi Nyangku tersebut sering jadi rebutan ribuan manusia yang berdatangan.
Selanjutnya berbagai benda pusaka peninggalan Pangeran Borosngora tersebut kembali disimpan di Museum Bumi Alit. Benda-benda pusaka itu akan kembali dikeluarkan pada acara Nyangku tahun depan. (abraham)
No comments:
Post a Comment